Pengalaman di Makassar

Jika anda mengunjungi Makassar sekarang, anda akan terkejut dengan kemajuan pembangunan infrastruktur yang pesat. Hal ini saya alami ketika mendarat di Makasar. Yang sangat menonjol adalah Bandara Hasanudin. Bandara baru ini tampak elegan dan futuristik, tapi tidak meninggalkan budaya lokal, tampak pada bangunan utama yang meyerupai cadik phinisi - perahu tradisional daerah ini.

Begitu juga dengan interior terlihat modern dengan lantai marmer dan pemakaian kaca sebagai penyekat antar ruangan yang dominan membuat kesan luas. Perpaduan budaya lokal dan sentuhan modern tampak solid. Tempat check-in pun sudah multi user, sehingga antrian panjang bisa dihindari. Walau masih terus dibenahi, misalnya lounge yang hanya satu, tetapi sudah terlihat wujud sebagai bandara yang bisa dibanggakan masyarakat Sulawesi Selatan. Selamat!

Begitu juga dengan infrastruktur jalan raya. Sekarang dari bandara ke kota, dapat melalui dua jalan tol: Tol Mandai dan Reformasi. Sehingga kita tidak usah lagi melalui jalur dalam kota yang sudah mulai macet -khas kota besar. Gedung-gedung tinggi pun mulai dibangun. Sang supir yang mengantar kami, menunjuk suatu bangunan yang baru terlihat pondasinya, “Pak, disini akan dibangun gedung tertinggi di Indonesia” katanya dengan bangga.

Jika anda tidak mengunjungi Makassar dalam dua tahun ke belakang, anda akan terkejut dengan kawasan Tanjung Bunga dengan Convention Centrenya yang besar! Kedepan -katanya- kawasan ini akan dibangun menyerupai Disneyland! Wow...!

Begitu juga dengan pantai Losari, yang terkenal dengan sunsetnya, lebih tertata rapi, dengan dekorasinya yang atraktif.  Tentu saja!

Untuk menikmati sunset yang indah adalah mudah disini. Jika anda hanya mau jalan-jalan disekitar pantai, tempat terbaik adalah di anjungan yang menyerupai pinisi yang ada tulisan besar ” Pantai Losari”. Tapi jika anda ngin menikmati sunset dengan temen-teman sambil ngobrol dan makan makanan ringan, anda bisa memesan tempat di cafe “Sunshine”, lokasinya disamping hotel Imperial Aryaduta.

 

Pada saat kami tiba, -saya dan seorang teman- kami disuguhkan sebuah pemadangan salah satu sunset terbaik, yang pernah saya lihat. Sunset yang terkadang hanya dilihat di postcard. Yaitu matahari bulat penuh sedang tenggelam perlahan , seakan-akan tengelam diatas sebuah kapal. Saya sempat mengambil beberapa gambar. Tetapi rasanya tidak maksimal sebab hanya pocket camera. Inilah risikonya kalau tidak mau ribet bawa SLR.

Malamnya kami berkeliling kota untuk mengunjungi tempat makan favorite. Favorite maksudnya adalah harga relatif murah tapi enak ..:o) . Sayang beberapa tempat yang kami datangi, ada yang tutup karena renovasi: ada yang penuh hingga harus antri dulu untuk dapat meja. Karena teman sudah terlihat kelaparan—karena puasa—akhirnya memilih pecel lele yang ada di Jalan Sulawesi!. Heran, di manapun makanan ini selalu ada ..hehe

Hmm over all kunjungan singkat ini sangat menyenangkan. Adalah hal yang membahagiakan jika ada waktu baik untuk kembali. Ciao Makassar!